Berikut ini adalah catatan perjalanan Bro Jaman Sidabutar yang melaukan Solo Ride (berkendara seorang diri) dari Jakarta menuju Larantuka NTT sejauh 6.000 Km. Walaupun sudah disebut Opung tetapi tidak menyurutkan semangat berkendara seorang diri naik motor Kawasaki Versys 250cc. Simak kisahnya dalam artikel ini yang terus bersambung sesuai waktu perjalanan yang ditempuh Opung Jaman Sidabutar.
Hari Pertama, Senin 29 Maret 2021
Perjalanan ini dimulai tadi pagi, berangkat dari rumah Cikeas jam 07.00. Dan seo sdg rest dulu di Cikampek. Tks bagi para saudara, sahabat dan rekan kommunitas telah berkenan memberikan support, doa, agar perjalanan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar, khusus kpd pk Ramly Bangun, pk Robinson Sitepu, Meguni motor Kawasaki dan Rumah Ban Pdk Kelapa. Slam sehat 3M
Hari ke 2 Selasa, 30 Maret 2021
Perjalanan “Solo ride West to East” ku sedikit tertunda, dan jadi stay 2 malam di Wonosobo, karena Crash bar ku yg disenggol pemotor lain membutuhkan waktu perbaikan hampir seharian. Beruntung ada teman Void Jateng yaitu Om Adit yg dengan semangat berusaha memperbaikinya…tks ya om Adit…
Selesai perbaikan lalu sore harinya disempatkan kuliner..mencicipi makanan khas Wonosobo, yaitu Mie Ongklok. Sy bertanya kenapa disebutkan namanya mie ongklok…si mas nya menjawab, karena merebusnya di ongklok-ongklok, seperti diobok-obok. Lumayan enak memang mie nya, ada mie tambah sayuran, harganya juga bersahabat Dan penjual mie ongllok nya pk Adit ini sudah berlangsung tiga generasi. Dia mengatakan bahwa mie ongklok tsb adanya hanya di Wonosobo, jika para wisatawan yg datang ke sini, selain mengunjungi Dieng mereka tidak lupa akan makan Mie Ongklok…. Salam sehat 3M…
Hari ke 3 Rabu, 31 Maret 2021
Perjalanan Solo ride West to East, memulai perjalanan dari Wonosobo, berangkat pagi menuju Dusun Butuh yg dikenal dengan Nepal Van Java berada di lereng Gunung Sumbing dengan ketinggian 1,600 mdpl.
Selesai explor dan foto-foto, perjalanan berlanjut menuju Magelang dan lanjut ke arah puncak Telomoyo, satu-satunya Gunung di pulau jawa yg bisa dijelajah menggunakan sepeda motor maupun mobil pribadi, berada di ketinggian 1,300 mdpl. Tentu perjalanan ke kedua destinasi tsb dibutuhkan skil berkendara yg mumpuni, karena jalannya cukup terjal dan beberapa tikungan yg sudutnya sempit, ditambah lagi jurang disampingnya yg cukup dalam, bisa mengganggu konsentrasi berkendara.
Hawa yg sejuk dan berkabut sudah pasti ada, terasa lunas menebus kecapean berkendara… Selanjutnya perjalanan menuju Boyolali, masuk Salatiga, dan Surakarta, menyusuri lereng Lawu untuk menuju Telaga Sarangan, dan sy tiba di Sarangan sudah jam 21.00.
Jalan ke Telaga Sarangan berliku-liku dan nanjak, dan melintasi kabut yg cukup tebal, tapi sangat mulus dan lebar, markanya juga cukup jelas. Sesampai di Telaga Sarangan, udara dingin dan sejuk terasa sangat nikmad. Dan diputuskan utk bermalam disini…. Sampai jumpa pada episode hari ke 4 ya….. Salam sehat 3M…
Hari ke 4 Kamis 01 April 2021
Setelah puas lihat-2 seputar Danau Sarangan yg konon luasnya sekitar 1,285 m an, Danau nan mungil dan cukup indah didukung udara yg sejuk dan oleh perbukitan nan hijau, suhu udara malamnya mencapai 16°. Menu sarapan pagi di pinggir Danau dengan makanan Nasi Pecel tambah kerupuk, terasa nikmad sekali…. Lalu persiapan untuk melanjutkan perjalanan dan perjalanan baru bisa mulai siang hari jam 12.00 an.
Perjalanan dari Danau Sarangan dengan tujuan pantai Klayar Pacitan. Diarahkan si Google map lewat jalan alternatif jalan kelas 3 berjarak sekitar 125 km an, bukan lewat Ponorogo dan juga bukan Wonogiri yg sering dilalui jalur Bus, tapi lewat tengah arah jalan alternatif ke arah Purwantoro-Kiswantoro-Nawangan-Arjosari-Pacitan-pantai Klayar, jalan nya sempit dan terjal, tikungannya tajam-2.
Memasuki kota Pacitan hingga ke pantai Klayar, perjalanan diguyur hujan yg lumayan deras, karena sudah agak sore dan khawatir kemalaman maka perjalanan terus dilanjutkan sampai ke pantai Klayar… Menjelang pnt Klayar ketemu tikungan ke arah kanan yg melingkar dan nanjak ditambah pengaruh derasnya hujan, konsentrasi jadi agak terganggu maka momentum ngegas jg terganggu sengingga motor sempat kehilangan power lalu terhenti dengan posisi agak miring…yaah akibatnya jadi jatuh bego dah…
Tiba di pnt Klayar sdh jam 19.00 an. Langsung masuk penginapan, selepas makan istirahat sebentar langsung tidur dah…. Sampai ketemu pada perjalanan berikutnya.. Jangan lupa salam sehat 3M…
Pada hari ke 05 Jumat, tgl 02-04-21
Dimulai dari Explor pantai Klayar, dan setelah selesai explor tentang indah dan exotisnya pantai Klayar, perjalanan dilanjutkan start dari pantai Klayar jam 11.00 tidak melalui jalan waktu masuk pada hari sebelumnya, tapi melalui jalan lain yg biasa dilalui jalur Bus, jalannya sangat bagus mulus, lebar dan tidak terlalu curam menuju kota Pacitan, terus lanjut ke Pantai Soge
Istirahat sejenak makan siang di pantai Soge dengan menu Pop mie seadanya, lalu lanjut lagi menuju arah Treanggalek, Tulung Agung dan berakhir di Blitar pada jam 18.00 dengan jarak tempuh 200 km an.
Selama riding dari pantai Klayar sampai Blitar, jalan sangat bagus, mulus, marka jalan jelas, lebar, udara sejuk karena melintasi perbukitan, kebetulan tidak ada hujan.. Jalan yg bagus tsb membuat kita tambah semangat utk solo ride nya… Begitulah dulu ya…. sampai jumpa pada perjalanan berikutnya.. Salam sehat 3 M…
Pada hari ke 06, Sabtu, tgl. 03-04-21
Setelah menginap satu malam di Blitar, pada pagi harinya sy melakukan jiarah ke makam sang proklamator Bung Karno, dan keliling-2 seputar pemakaman melihat diorama jejak perjalanan Bung Karno. Selepas jam 12.00 perjalanan dilanjutkan dari Blitar menuju kota Malang, jalan lurus-2 dan mulus ditempuh dengan waktu yg relatif singkat, cuaca yg lumayan panas dan sedikit-2 ada kemacetan, membuat sedikit kepanasan dan jadi lemas.
Setiba di Kota Malang, langsung ingat es krim yg konon sudah ada sejak tahun 1930, yaitu masih masa Hindia Belanda berarti Indonesia belum ada toh, namanya Toko Oen. Setelah mencicipi es krim tsb, terasa seger dan bersemagat lagi. Karena waktu masih jam 16.00 diputuskan utk lanjut menuju Bromo untuk berburu Sunrise, dengan melewati jalur ekstrim menuju Desa Wonokitri, jalurnya sempit, dakian curam, tikungan tajam, jurang disebelah sangat curam, serasa kita mau naik ke atas awan dan hari sdh menjelang malam.
Dalam perjalanan, betuntung ada pemotor yg mau pulang ke Desa Wonokitri menawarkan penginapan dan mau menemani riding bersama. Setiba di Desa Wonokitri sudah malam sekitar jam 20.00 dan telah disambut oleh udara dinginnya Bromo yg suhunya sampai 9°. Persiapan sy terhadap udara dingin cukup membantu (Longjon dan jaket winter) tidak sia-sia, dan diputuskan untuk menginap di Desa Wonokitri, agar dekat dengan bukit Penanjakan untuk berburu Sunrise nya Bromo. Kita harus bangun jam 03.00 pagi untuk berburu sunrise tsb, katanya sunrise muncur sekitar jam 05.15… Dan perjalanan sy hari ini Blitar-Malang-Wonokitri cuma sejauh 130 km aja…Ah…tidur dulu ya, biar bisa bangun cepat.. Sampai jumpa pada hari ke 07…. Salam…
Pada hari ke 07, Minggu, tgl. 04-04-21
Waktu menunjukkan pukul 03.00, pemandu sudah tiba dipenginapan, maka segera bangun dan persiapan utk mulai menuju tujuan Bukit Cinta Penanjakan berburu sunrise, Lautan pasir, Pura Luhur dan puncak kawah Bromo. Mulai start di jalan yg cukup gelap, sempit, terjal dan berliku-liku menuju Bukit Cinta Penanjakan, setiba di pintu masuk kawasan Bromo, sudah terlihat antrian panjang pengunjung yg meggunakan Jeep Hartop, dan juga pengguna sepeda motor, beruntung sy punya pemandu sehingga bisa lebih cepat melalui antrian yg ada. Setiba di lokasi waktu menunjukkan pukul 04.30, terdengar suara kendaraan yg saling meraung-raung gasnya untuk menuju puncak bukit tsb.
Sy juga sibuk mencari spot-2 yg bagus guna membidik sunrise, terlihat pengunjung sangat berjejal di tebing puncak yg masih cukup gelap tsb, ditambah pengaruh suhu udara dingin sudah mncapai 9°C membuat bafan menggigil. Beruntung perlengkapan baju dingin ku cukup memadai utk melawan dingin tsb. Kita harus extra hati-2 mencari spot yg bagus agar jangan sampai terpleset dikegelapan dan ke jurang yg cukup dalam. Waktu menunjukkan pukul 05.15 si Sunrise pun secara.perlahan mulai muncul, tapi karena agak tertutup kabut sehingga tidak terlihat cerah sekali.
Setelah selesai menikmati sunrise, perjalanan berlanjut menuruni puncak Penanjakan ke Lautan Pasir, jalannya sangat curam dan berliku, kita harus extra hati-2 dan menggunakan gigi satu dibantu rem dan berjalan pelan sekali… Berhasil menyusuri jalan yg curam tsb, kembali dengan tantangan menyusuri Lautan Pasir menuju Pura Luhur. Juga harus extra hati-2 dan pelan melintasi pasir yg gembur tsb, juga si pemandu selalu bersiap mengawal lajunya motor sy
Setiba di Pura Luhur,, motor diparkir lanjut dengan mengendarai Kuda menuju Kawah Bromo, dan hal ini pengalaman yg pertama sy rasakan naik Kuda, tiba di lereng Bromo lanjut menaiki anak tangga…yaaah dengan sabar dan pelan, berhasil juga naik ke pinggir kawah puncak Bromo. Setiba di puncak terdengar suara gemuruh dari dalam kawah Bromo tsb terasa menciutkan nyali betapa dasyatnya panas yg sedang mendidih di dasar kawah sana, ditambah sekali-sekali awan berbau belerang keluar dari dasar kawah yg cukup menyengat.
Puas ber foto ria, kembali melanjutkan perjalanan menuju kota Probolinggo, Situbondo, Pelabuhan Ferry Ketapang dan menyeberang pakai Ferry ke pelabuhan Gilimanuk pulau Bali. Saat di Bromo suhu udara yg dingin kita rasakan mencapai 9°C, tetapi setelah tiba di Probilinggo perubahan suhu udara berbalik berubah menjadi panas sekali sampai 32°C… Dalam perjalanan mulai dari Baluran sampai ke Ketapang guyuran hujan mengiringi perjalanan sy, hingga sampai tiba di Gilimanuk.
Beli tiket ferry online…dan saat mau masuk ke kawasan pelabuhan, petugas satgas covid bertanya, mana bukti Rapid Test, dan karena sy sudah melakukan Vaksin covid dua kali saat di Jakarta lalu sy tunjukkan aja bukti Vaksin yg ada, dan petugas tsb mengijinkan sy utk masuk kawasan pelabuhan. Penyeberangan Ferry pun berlangsung relatif singkat, tiba di Gilimanuk kembali disambut derasnya hujan.
Setiba di Gilimanuk, motor sy pacu lagi menuju ke arah Utara pulau Bali, yaitu pantai Lovina dan istirahat disana. Tiba dipantai Lovina waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 wita…tidak susah untuk mendapatkan penginapan dengan harga yg terjangkau, karena sepinya para wisatawan akibat pandemi covid 19 ini. Tak lupa disempatkan mencicipi kuliner yg ada disekitar dengan harga lokal tapi cukup nikmat. Ok ….istirahat dulu lah…sampai jumpa pada hari ke 08.. Salam sehat 3M.
Pada hari ke 08, Senin, tgl. 05-04-21
Pada pagi harinya jam 06.00 wita, tkg perahu sudah membangunkan sy, utk segera menuju ke pantai guna berangkat ke tengah Laut untuk melihat ikan Lumba-2 (Dolpin). Pelayaran berlangsung sekitar 30 menit sudah tiba ditengah laut, dan beberapa perahu dengan para penunpang berkumpul hilir-mudik ditengah laut, dengan hilir-mudiknya beberapa perahu tsb maka beberapa Dolpin langsung menghapiri perahu tsb dan seolah ingin berkejaran dengan beberapa perahu yg ada.
Rombongan perahu pun berkeliling-keliling ditengah laut menggoda Dolpin tsb, dan si Dolpin langsung berespon menari-nari dan melompat kegirangan. Setelah selesai dengan permainan Dolpin, makan rombongan perahu pun mengarah ke taman Laut, kita boleh snorkling di taman laut tsb sembari melihat keindahan berbagai jenis dan warna-warni ikan laut, kita juga bisa melihat indahnya karang laut yg ada di dasar laut.
Jika kita berikan roti, maka ikan-2 tsb langsung menghampiri tangan kita, ikan nya berwarna-warni, persis seperti yg didalam aquarium, terlihat jinak tapi sulit ditangkap…..indahnya taman laut tsb ditambah karang-karang yg di dasar laut ber aneka warna sangat luarbiasa … Selesai bermain dilaut, kembali ke panginapan dan siap-2 utk melanjukan perjalanan….
Siang harinya pada pukul 12.00 wita, sy melanjutkan perjalanan meng explor Bali dengan tujuan Danau Tamblingan di lereng pegunungan dan melalui jalur sempit, menanjak, tikungan tanjam, melewati beberapa perkampungan. Tiba di Danau Tamblingan yg tenang dan udara sejuk, cocok utk ber camping….
Setelah berfoto-foto, lanjut menyusuri Danau Buyan, dan juga menyusuri Danau Bedugul. Selanjutnya sy mengarah ke Tanah Lot utk berburu Sunset, setiba disana yg biasanya ramai pengunjung, tapi semasa pandemi covid 19 ini, daerah Tanah Lot sangat sepi pengunjung. Dengan sabar menunggu Sunset, tapi sy kurang beruntung, karena Sunsetnya tertutup kabut. Akhirnya sy pun beranjak dari Tanah Lot menuju daerah Kuta dan menginap di pondok Pudak Sari… Sampai jumpa pada hari ke 9…. Salam sehat 3M…
Pada hari ke 09, Selasa, tgl. 06-04-21
Sy memilih menginap di daerah pantai Kuta, agar lebih mudah melakukan explore beberapa spot wisata yg ada disekitar. Pagi jam 06.00 karena pantai kuta bisa terjangkau dengan berjalan kaki, hanya berjarak 1,5 km dari pondokan, lalu sy menuju menyusuri pantai. Disekitar pantai terlihat orang berkerumun dengan memakai pakaian adat Bali, rupanya akan ada upacara ngaben (bakar mayat).
Pikir ku, ini upacara adat Bali yg belum pernah sy lihat langsung, lalu sy menunggu prosesi yg ada, dan tak lama kemudian kereta pembawa mayatpun tiba. Rupanya ada 2 mayat yg mau mengikuti prosesi adat, yg satu prosesi Ngaben dan yg satunya lagi prosesi dikubur di tanah. Jika sudah melalui prosesi ngaben..menurut kepercayaan mereka bahwa si Almarhum tsb sudah senpurna kematiannya dan arwahnya langsung menuju Surga. Dan menurut info mereka bahwa prosesi Ngaben ini pun bisa menelan biaya yg tidak sedikit, bisa mencapai 200 juta an.
Proses ngaben ini jika dahulu dilakukan memakai kayu bakar, bisa makan waktu seharian, tapi sek sudah pakai gas elpiji makan waktu hanya 2 jam, dan membutuhkan 3 tabung gas uk 12 kg. Setelah semua sempurna menjadi abu, maka abu si Alm tsb dilarungkan ke laut. Sedangkan pada prosesi dikubur, hal ini dilakukan oleh karena keterbatasan sikon, seperti faktor ekonomi dan lainnya, karena kelak suatu saat nanti akan dilakukan juga Ngaben terhadap si Almarhum tsb. Demikian sekelumit cerita Ngaben….
Tidak lupa juga menikmati sensasinya pantai Kuta, yg dahulu sebelum pandemi covid 19 pantai ini adalah pantai yg sangat favorit dan ramai dikunjungi oleh para wisata lokal maupun asing, tapi saat ini pantainya sangat sepi, bahkan pengunjung bisa di hitung dengan jari. Tak lupa juga untuk mampir di monumen Bom Bali di Legian..mengenang korban kekerasan/tragedi kemanusiaan yg pernah ada di sana…
Pada siang harinya, sy beranjak menuju pantai Jimbaran, karena disana ada kuliner seafood yg tetkenal, beli ikan dipasar Kendongan lalu dibakar di restauran yg ada disekitar, hanya dengan upah bakar sebesar 15-20k per kg. Setelah puas menikmati kuliner, lanjut ke pantai Pandawa yg cukup eksotis….lalu lanjut lagi ke pantai Melasti. Pantai ini terkenal dengan tempat praweding berfoto ria…. Tidak terasa hari sudah menjelang malam…lalu sy kembali ke panginapan pondok Pudak Sari lagi utk istirahat….. Sampai jumpa pada hari ke 10… Salam sehat 3M.
Pada hari ke 10, Rabu, 07-04-21
Setelah bagun pagi, langsung persiapan menuju beberapa spot wisata yg ada di Bali Utara, yaitu Desa Ubud yg penuh dengan aneka ragam kerajinan kayu maupun batu dan lainnya. Lanjut menuju Desa Panglipuran, yg masih terjaga keutuhan tata letak bangunan-2 rumah pedesaan nan rapih dan bersih…
Tak lupa menikmati kopi Bali, bertemu dengan seorang Ibu yg sudah lanjut usia 96 thn, namun masih sehat betul…hanya sedikit pikun…luar biasa kesehatannya.. Lanjut lagi ke arah Utara menuju Danau Batur, melewati jalan berliku, terjal, tikungan tajam. Disebelah kanan terdapat Danau Batur seadangkan pada sebelah kiri terlihat Gunung Batur yg berselimut awan yg seolah menunjukkan ke angkuhannya.
Dipinggir Danau tsb terdapat Hot Spring (pemandian air panas) yg sengaja dibangun berbatasan langsung dengan air Danau. Pada udara Danau yg sejuk, kita bisa menikmati hangatnya air panas dari gunung api tsb. Sepuas bermandi air panas dan hari sudah semakin sore sy menuju ke arah Dempasar dengan melewati spot wisata sawah bertingkat (Sawah Trasering Tegalaalang Ubud), tapi karena matahari sudah aga redup, maka keindahan sawah bertingkat tsb sudah tidak terlihat jelas.
Setiba di Kota Dempasar sudah jam 20.00 an, tak lupa mencari kuliner Babi guling yg masih buka dan akhirnya ditemukan juga. Selepas menikmati kuliner Babi Guling, waktu menunuukkan sudah jam 21,30, diputuskan untuk riding ke pelabuhan Ferry di Padang Bai.
Perjalanan dari Denpasar ke Padang Bai membutuhkan sekitar 1,5 jam, sengaja dipilih berlayar malam, karena pelayaran dari Padang Bai ke Lembar di pulau Lombok ditempuh dengan waktu sekitar 6 jam. Jadi jika kita pilih berangkat jam 24.00 maka kita akan tiba di Lembar Lombok sekitar jam 06.00 pagi, bisa berhemat penginapan di dalam Ferry. Dan di Ferry dapat sewaan kasur dengan harga 50k, lumayan bisa istirahat, karena ruangannya juga berpendingin AC. Istirahat dulu ya….sampai jumpa pada hari kr 11… Salam sehat 3M…
Pada hari ke 11 Kamis 08-04-21
Matahari sudah mulai muncul dan Ferry pun sudah mulai merapat ke pelabuhan Lembar – Lombok. Setiba di Lembar, langsung sy riding melewati pantai senggigi, dan menuju pelabuhan Bangsal untuk menuju spot wisata bahari ke pulau Gili Terawangan, Gili Meno dam Gili Air yg sangat terkenal dengan julukan kampung Bule, tapi akibat dari pandemi covid 19 ini, pulau tsb terlihat sangat sepi dari pengunjung wisata.
Motor sy titip diparkiran seharga 5k dan tiket ke pulau dengan open trip 15k, sy dapat trip pertama bergabung dengan para pedagang yg mau berdagang ke pulau Gili Terawanan. Pelayaran berlangsung dengan bod ber mesin tempel 3 unit dan ditempuh dengan waktu sekitar 40 menit. Setiba di Pulau Gili Terawangan, lansung cari agen utk snorkling di tiga spot disekitar pulau, disana ada tiga pulau yg mau di eksplore…snorkling pun dimulai…tapi oleh karena sedang musim arus lau yg kencang, maka snorkling tidak bisa sy nikmati dengan baik…banyak goyangan ombak jadi bikin perut mual, istirahat sebentar di pulau Gili Meno, lalu kembali lagi ke pulau Gili Terawangan.
Untuk kembali ke pelabuhan Bangsal, harus menunggu open trip lagi, dan tiap pelayaran harus terpenuhi penumpang sejumlah 40 orang baru berangkat. Setelah menunggu sekitar 1,5 jam dan waktu sudah pukul 15.00 an maka kuota terpenuhi 40 org, bod pun mulai jalan. Setiba di Bangsal baru bisa makan nasi campur, makanannya lumayan enak, harganya pun murah meriah cuma 10k per porsi.
Hujan mulai datang…diputuskan utk kembali ke Senggigi dan menginap disana…ditengah guyuran hujan tetap riding menuju dan mencari penginapan yg cocok, akhirnya setelah riding 25 km an, maka penginapan ditemukan juga… Istirahat dula lah…sudah capek, sampai ketemu lagi pada hari berikutnya…. Salam sehat 3M….
Pada hari ke 12 Jumat 09-04-21
Setelah istirahat malam pada pagi nya langsung persiapan riding menuju Lombok Utara, menyusuri pantai dengan suhu udara yg lumayan panas dan beberapa lama kemudian jalan pun belok ke kanan mengarah ke lereng gunung Rinjani. Jalan sedikit demi sedikit menanjak, dan sekali-kali berbelok tajam sembari menghadap gunung Rinjani yg kelihatan sangat tinggi dan angkuh sekali.
Riding melewati beberapa pedesaan, udara mulai sejuk…. Akhirnya penanjakan riding tiba pada Taman Wisata Pusuk Sembalun, yg merupakan puncak ketinggian perjalanan, tapi ini masih berada di lereng gunung Rinjani. Disini bisa ditemukan banyak monyet berkeliaran dan juga ada beberapa penjual makanan jajanan Cilok, seperti Bakso, lumayan enak, katanya ada campuran ikan dan daging Sapi.
Perjalanan lanjut menyusuri lereng gunung dengan menurun tajam, dan beberapa tikungan harus kita waspadai dengan hati2…akhirnya sy bisa lalui dengan aman dan perjalanan berakhir menuju pelabuhan Ferry Kayangan. Tiba di loket langsung bayar tiket penyeberangan seharga 55k, eehhh…rupanya Ferry sudah siap menunggu kedatangan sy, dan langsung naik ke Ferry.Tidak berapa lama..kemudian Ferry pun mulai bergerak meninggalkan Kayangan…secara perlahan berlayar menuju ke pelabuhan Poto Tano.
Pelayaran berlangsung sekitar 1 jam telah tiba di pelabuhan Poto Tano pulau Sumbawa. Setelah Ferry merapat dipelabuhan langsung riding terus…udara cukup panas, jalannya sangat mulus dan sy bisa tiba di kota terdekat yaitu kota Sumbawa Besar sudah sekitar jam 19.00. Langsung cari penginapan ditemukan homestay Redoorz, selepas mandi lalu cari kuliner dipantai, ditemukan kuliner ikan Kakap merah dengan masakan khas Sumbawa di sop ikan..harganya menarik, cuma 50k sampai matang, padahal hampir 1kg beratnya. Kenyang dah akan kuliner…langsung pulang ke penginapan dan istirahat.. Sampai jumpa ya… Salam sehat 3M…
Pada hari ke 13 Sabtu 10-04-21
Setelah melewati istirahat malam dengan tidur nyenyak persiapan perjalanan dari kota Sumbawa Besar dimulai jam 11.00, suhu udara sangat kurang bersahabat, panas sekali, jadi utk mengatasi panas tsb sy tidak mampu pakai jaket, tapi hanya pakai kaos jersey saja dan kecepatan motor pun terpaksa dinaikkan agar mendapat hembusan angin yg sejuk, dan di dukung oleh kondisi jalan yg sangat mulus dan kendaraan juga tidak terlalu ramai, maka sy bisa riding dengan nyaman….
Sesekali dalam perjalanan yg harus diwaspadai adalah sekumpulan sapi yg sedang merumput…bisa tiba-2 menyeberang, tentu hal ini hal yg harus diwaspadai juga. Perjalanan melewati dan menyusuri pantai…sedikit menanjak dan berkelok ke kiri maupun ke kanan menambah nikmatnya memacu kendaraan…
Berniat mau explore ke sekitaran gunung Tambora dan pulau Satonda, tapi tiba Dompu dan dipersimpangan ke Tambora waktu sudah menunjukkan pukul 16,30, sedangkan ke Tambora dan Satonda itu jaraknya sekitar 140 km PP. Dikhawatirkan bisa kemalaman di jalan dan sangat riskan, maka diputuskan utk langsung ke kota Bima saja. Setiba di Dompu baru bisa makan siang, hal ini karena sulitnya mencari tempat makan yg cocok di sepanjang jalan yg dilewati
Dan menjelang masuk di Kota Bima yg terkenal dengan julukan kota air karena menjelang kota kita disuguhi dengan menyusuri tepian laut yg berliku-liku. Setiba di kota sudah sore hari langsung cari penginapan, bersyukur sekali cari langsung dapat yg cocok dan murah sekitar 200k an sdh ada AC lagi. Karena selama riding kepanasan…hingga ber foto ria pun tidak kepikir dan akhirnya sedikit foto yg mau ditampilkan dah…dan langsung mandi dah…… Istirahat dulu…jumpa lagi di hari esok… puless dah…. Salam sehat 3M…
Pada hari ke 14 Minggu 11-04-21
Setelah melakukan komunikasi online dengan petugas ASDP Sape, bahwa jadwal keberangkatan Ferry dari Sape ke Labuhan Bajo ada pada hari Senin pagi tgl 12-04-21, ini pun jika cuaca baik, tapi jika cuaca tidak baik, maka akan ada pengunduran jadwal… Sehubungan dengan info tsb maka sy memulai perjalanan dari Bima jam 12.00 wita, dan perjalanan dilakukan dengan santai melalui perbukitan dengan berkelok-kelok lumayan, tapi kwalitas jalan sangat mulus.
Setiba di Sape jam 14.00 wita, terlihat di lingkungan pelabuhan agak sepi, sy putuskan cari penginapan utk istirahat disekitar pelabuhan. Pada sore harinya sy sempatkan menuju satu spot wisata pantai Lariti, disebut juga pantai terbelah dua. Pantai tsb jaraknya hanya sekitar 3,5 km dari pelabuhan Sape, tapi jalan menuju pantai agak sempit, dan kita harus extra hati-2 menyusurinya. Setiba di pantai, banyak para wisatawan lokal berfoto ria, dan sy pun tidak mau ketinggalan utk berswafoto.
Selesai menikmati indahnya pantai Lariti, sy menuju tempat kuliner, namanya Kedai Terapung, disana katanya ada makanan ikan bakar. Setiba di Kedai Terapung sy pesan ikan masakan khas Sape dan ikan bakar berukuran kecil dan kulinernya lumayan enak… Malam sudah tiba…sy kembali ke penginapan utk istirahat dulu ya…. Sampai jumpa pada hari berikutnya… Salam sehat 3M…
Pada hari ke 15 Senin 12-04-21
Setelah beristirahat di penginapan Mutiara yg letaknya persis di depan gerbang pelabuhan, pagi hari sekitar jam 07.00 sy langsung bergegas ketempat penjualan tiket Ferry, dan disana sudah terlihat para calon penumpang sedang menunggu penjualan tiket dan pengurusan ravid tes. Lalu sy bertanya kepada petugas piket yg sdh ada dan memberitahu bahwa sy sudah di vaksin, apakah sy harus ravid test juga.
Si petugas tsb tidak bisa menjawab, oleh karena regulasinya belum ada, rupanya syarat untuk pembelian tiket Ferry bahwa calon penumpang harus melampirkan surat keterangan ravid test, berbeda dengan pada penyeberangan-2 sebelumnya yg mana diperiksa pada saat kita mau masuk ke pelabuhan saja. Tiket pun sudah sy peroleh dengan harga 220k, lalu sy berbenah dan bersiap masuk kapal
Setiba di kapal, tidak berapa lama kapal pun mulai menanggalkan tali pengikat dari pelabuhan dan secara perlahan bergerak meninggalkan pelabuhan Sape-Sumbawa mejuju pelabuhan Bajo di Flores tepat pada pukul 10.00 wita, dan pelayaran ini akan berlangsung sekitar 7 jam, tentu diperkirakan akan tiba di pelabuhan Bajo pada pukul 17.00 wita. Selama pelayaran ini cuaca maupun gelombang laut sangat bersahabat, dimana airnya seolah malas utk bergerak alias tenang sekali, maka Ferry pun dengan indahnya dapat berlayar mengarungi lautan.
Satu demi satu pulau-2 yg berjejer dapat dilalui ferry…hingga waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 ferry pun sudah mulai merapat di pelabuhan Bajo. Sy bergegas utk turun dari Ferry, dan setiba di darat rupanya semua penumpang diperiksa lagi tentang surat keterangan ravid test. Kemudian sy menunjukkan bukti vaksin ke petugas, tapi si petugas tetap minta bukti ravid dan mengatakan bahwa… sekalipun Bpk sudah vaksin, tidak menjamin bahwa Bpk tidak akan kena covid….
Sy pun kaget mendengar pernyataan petugas tsb, lalu sy tanya lagi…solusinya apa dong…? Dia jawab…harus ravid test… Entah kenapa..lalu kemudian petugas tsb memberikan bukti vaksin sy ke petugas lainnya yg disebelahnya dan setelah petugas lainnya tsb melihat bukti vaksin sy, dia hanya mengatakan…lain kali di ravid ya pk, lalu mempersilahkan sy jalan…. Pikir ku dalam hati….kacau juga ini…
Karena hari masih terang lalu sy sempatkan menuju satu spot wisata yg tidak berapa jauh dari pelabuhan tsb yaitu Bukit Silvia, dari sana bisa terlihat jejeran pulau dan kapal-kapal sedang lego sawu di terangi sunset yg mulai meredup… Setelah selesai dari bukit Silvia, lalu bergegas mencari penginapan disekitar Bajo…eeeh ditemukan juga penginapan hotel Bajo, tidak lupa tawar menawar, akhirnya deal dah dari harga 275k menjadi 225k. Tapi AC nya tidak bisa maksimal, jadi kurang nyaman karena sekitar pelabuhan hawanya agak panas.
Untuk makan malam.. terdapat makanan ikan bakar ke arah jalan bukit Silvia…cukup lumayan enak…. Kenyang makan ikan bakar…lalu ke penginapan dan istirahat dulu lah…. Sampai jumpa pada hari berikutnya… Salam sehat 3M…
Pada hari ke 16 Selasa 13-04-21
Suhu udara yg panas membuat pagi ini cepat bagun, sarapan pun sudah tersedia sepotong roti dan segelas teh manis. Selepas sarapan, kembali berbenah utk menyusun barang bawaan, karena pada malam harinya akibat parkiran penginapan persis dipinggir jalan, lalu sipetugas hotel mengatakan agar semua barang-2 yg ada di motor tsb dibawa saja ke kamar, hal ini untuk menghindari pencurian katanya..
Lumaya sedikit repot dan menyusun kembali barang-2 tsb, beruntung box yg sy bawa bisa gampang dicabut dan pasang. Selesai berbenah..waktu menunjukkan pukul 09.00 wita…mulai melanjutkan perjalanan dari Bajo dengan tujuan kota Ruteng, ketemu pom bensin tak lupa isi bensin dulu full tank agar aman. Mental pun mulai disiapkan untuk menghadapi medan jalan yg terkenal dengan 1,000 tikungan Fores…
Setelah satu demi satu tikungan dan tanjakan diantisipasi dan dapat dilewati dengan extra hati-2 karena disisi lain juga terdapat jurang yg terjal dan pegunungan yg berjejer bisa mempengaruhi pikiran kita dalam berkendara. Kecepatan, power harus selalu terjaga demi kestabilan dan keseimbangan kendaraan, beruntung cuaca yg cerah sangat mendukung perjalanan.
Kesimpulan sementara..kondisi jalan yg dilalui mirip seperti kondisi jalan dari Bukit Tinggi sampai ke Tarutung, dimana jalan tsb sdh agak sering dilalui, sehingga tidak terlalu kaget dengan kondisi jalan yg ada disini… Tiba pada suatu spot wisata yg terkenal dengan nama Spider web rice field (sawah berbentuk sarang laba-2), sy ber foto ria disana dan setelah puas disana lalu menuju spot wisata lain dikenal dengan nama Liang Bua (Gua) jalan kesana juga lumayan sempit, dan berkelok-kelok menyusuri tebing yg terjal.
Selanjutnya sudah langsung mengarah ke kota Ruteng Manggarai Tengah. Di sekitar perjalanan terlihat beberapa bangunan Gereja Katolik yg berdiri megah, dan sesekali terlihat juga beberapa Biarawati yg sedang mengobrol dengan masyarakat sekitar, masyarakat sekitar juga terlihat ramah dan sangat bersahabat dengan pendatang seperti sy. Udara pegunungan yg cukup dingin, sedikit mampu mereplexi kebugaran dalam berkendara.
Setiba di kota Ruteng, hari sudah mulai menjelang malam, lalu cari penginapan, agak sulit untuk yg berkantong cekak… Setelah mutar-2 baru bisa menjatuhkan pilihan pada penginapan murah bernama Ranaka dengan harga 190k…iyaaahhh tempatnya juga sangat sederhana, tapi demi kelanjutan perjalanan..harus berupaya berhemat… Udara yg cukup sejuk jadi tidak memerlukan AC. Udah istirahat dulu lah iyah…sampai jumpa di hari esok lagi… Salam sehat 3M…
Pada hari ke 17 Rabu 14-04-21
Hari sudah menjelang siang sy pun bergegas menuju spot wisata yg mau dikunjungi adalah Ruteng Pu’u Village (Kampung adat Pu’u) yg tempatnya tidak berapa jauh dari kota Ruteng, disana terdapat dua rumah adat yaitu rumah Gendang dan rumah Tambor, tapi disekelilingnya sudah bangunan rumah moderen. Di tengah kampung tsb tumbuh satu pohon namanya Dadap…
Pada sebelum pandemi covid 19, kampung ini banyak dikunjungi para wisatawan asing, tapi semasa pandemi ini terlihat sangat sepi. Setelah selesai berfoto ria dan bersenda gurau dengan anak-2 kampung tsb, sy pun melanjutkan perjalanan menuju Bajawa. Menurut data google map bahwa jalan ke Bajawa itu penuh dengan liku-2, dan sy pun tetap menyiapkan mental guna menghadapi kondisi jalan tsb.
Satu demi satu tikungan sy hadapi dengan penuh perhitungan dan sesekali terhadap tikungan yg sudutnya sangat sempit mengakibatkan motor jadi jalannya melambung ke jalur lain. Demikian seterusnya lika-liku tikungan yg seolah tak ada habisnya, bisa sy lewati dengan baik, apalagi jalannya tidak terlalu curam dan sangat mulus, marka jalan pun sangat terlihat jelas, ditambah cuaca udara pegunungan yg sejuk…dan sesekali indahnya gunung Inerie (Ibu yg cantik) menggoda kita selam perjalanan menjelang masuk kota Bajawa.
Sy tiba di Bajawa sudah pukul 17.00, dan sy putuskan masuk penginapan saja, karena jika sy lanjutkan perjalanan sampai ke Ende bisa makan waktu sekitar 4 jam lagi alias bisa kemalaman di jalan. Sy pun mendapatkan penginapan yg murah meriah seharga 150k. Menurut cerita pengalaman pk Petrus 70 th, pemilik Homestay tempat sy menginap bahwa kejadian badai seroja yg terjadi pada minggu lalu sangat mengerikan, bahkan dia berfikir seolah-olah bahwa dunia ini sudah mau kiamat….
Badai seroja tsb katanya bersiklus 10 tahun sekali, dan biasanya terjadi di lautan…entah kenapa kok saat ini terdampak ke daratan… Malam harinya dapat kuliner soto Lamongan…lumayan enak dah… Jadi istirahat dulu lah…sudah malam… Sampai jumpa besok lagi… Salam sehat 3M…
Pada hari ke 18 Kamis 15-04-21
Setelah mencicipi sarapan nasi goreng yg di hidangkan pk Petrus pemilik Homestay di Bajawa, sy pun bergegas utk mengunjungi spot wisata Desa Bena, salah satu kampung adat tradisional yg hingga kini masih bertahan dan terpelihara dengan baik, dimana jaraknya sekitar 15 km an ke luar kota Bajawa dan persis di kaki gunung Inerie.
Perjalanan kesana pun jalan nya agak sempit, cuma muat satu mobil saja, jalan berliku, curam dan terjal sepertinya sudah hal yg biasa ditemukan disekitaran Flores ini. Masih terlihat beberapa tanaman bambu yg berantakan dan patah-2 akibat dari badai seroja pada dua minggu yg lalu
Sy tiba di desa Bena..tapi pintu gerbangnya masih tertutup, alias desa tsb tidak menerima kunjungan wisata karena pandemu covid 19. Karena tidak bisa masuk, maka sy hanya bisa berfoto ria dari kejauhan, dan mengunjungi kampung sebelahnya.
Selesai dari Kpg Bena, disempatkan makan siang, dan saat makan siang tsb sy bertemu dengan sdr Jefri, salah satu bikers 1,000 tikungan. Dan sejenak kami bertukar pengalaman serta informasi soal turing 1,000 tikungan Flores.
Kemudian sy pun bersiap utk melanjutkan perjalanan ke kota Ende, sepanjang jalan tetap harus melewati tikungan-2 yg lumayan tajam, tapi kecuraman jalan sudah mulai melandai dan kemulusan jalan memang sangat luar biasa, hampir tidak ada ditemukan jalan yg berlobang dan bergelombang.
Menjelang kota Ende, masih juga terdapat pengerjaan sisa longsoran badai Seroja, sehingga sempat memacetkan perjalanan. Setiba di Kota Ende…tidak lupa utk mampir ke rumah tempat pengasingan Bung Karno dahulu.
Karena sudah sore, rumah tsb sudah dikunci, dan sy pun hanya bisa ber foto ria dari depan bangunan rumah tsb. Selesai berfoto ria, lalu perjalanan pun dilanjutkan ke Kalimutu, dan sy tiba disana hari sudah gelap. Tidak berapa sulit cari penginapan, setelah nego di 200k.
Selepas makan, siap-2 istirahat, karena besok paginya sekitar pukul 04.00 akan berangkat ke puncak Kalimutu utk berburu sunrise… Istirahat dulu ya, sampai jumpa pada cerita selanjutnya besok… Salam sehat 3M…
Pada hari ke 19 Jumat 16-04-21
Kampung Moni, berada di lereng gunung Kalimutu dengan ketinggian sekitar 900 mdpl, pada saat malamnya suhu udara bisa mencapai 17° C, sedangkan puncak Kalimutu berada pada ketinggian 1,600 mdpl lumayan lebih dingin lagi lah…
Pada jam 04.00 masih dalam kegelapan, si pemandu bernama Pieter sudah datang menjemput sy ke penginapan, dia akan menemani sy naik ke puncak Kalimutu. Kamipun jalan beriringan naik sepeda motor menyusuri jalan yg mulus, namun penuh dengan lika-liku atau tikungan yg tajam, ditambah lagi dingin nya udara yg bisa mempengaruhi konsentrasi berkendara…,jarak tempuh hanya sekitar 14 km
Setibanya di gerbang, beruntung pintu masuk Kalimutu bisa dibuka, dimana selama ini seringan ditutup oleh karena pandemi covid 19 ini. Di depan kami sudah ada 2 cewek bule dengan pemandunya yg hendak naik ke Kalimutu juga. Setelah bayar tiket masuk, lalu kami melanjutkan perjalanan sampai ke kantong parkir yg telah disediakan.
Dari kantong parkir tsb kami harus melanjutkan lagi perjalanan dengan berjalan kaki menaiki beberapa anak tangga, dan selanjutnya menyusuri lereng, lalu menaiki anak tangga lagi sampai ke puncak Kalimutu. Setiba di puncak…serasa kita berdiri dikaki langit saja, sambil menunggu matahari terbit dari ufuk Timur. Matahari pun mulai sedikit demi sedikit terbit..tapi karena tertutup awan yg tebal sehingga sunrise yg ibdah tsb tidak dapat terlihat dengan baik
Seiring dengan terbitnya matahari maka ke tiga danau yg berada di kawah Kalimutu tsb menampakkan keindahan warna-warninya yaitu biru, kehijauan dan hitam. Tak lupa ber foto ria pun dilakukan dan selesai berfoto ria, kami pun turun kembali dan menuju ke lokasi Hot Spring (pemandian air panas).
Selesai mandi…eh…. ternyata di sekitarnya ada suatu “Tugu Bikers Infonesia” yg konon diprakarsai oleh Kawasaki Indonesia, sy pun tak lupa utk berfoto disana. Kembali ke penginapan, bersiap utk melanjutkan perjalanan, masih harus menyusuri jalan yg berliku-liku yg marupakan bagian dari 1.000 tikungan Flores.
Sy pun tak lupa mengunjungi spot wisata pantai Koka yg dikenal dengan pantai Love, pantai nya cukup bagus, airnya bening tapi akses mau masuk kesana agak sedikit kurang baik, makan siang pun sy sempatkan disana. Lanjut perjalanan menuju kota Maumere, dan setelah berjalan 1,5 jam dan waktu telah menunjukkan pukul 17.00 an, sy pun tiba di kota Maumere, disambut dengan udara agak panas
Karena jarak Maumere ke Larantuka masih 130 km an lagi, maka sy putuskan utk menginap di Maumere saja dan sy pun. mendapatkan penginapan seharga 160k/malam dan sudah pakai AC lagi namanya Hotel Mathilda. Malam harinya tak lupa menikmati kuliner Maumere, kotanya cukup bersih bernuansa ke Kristenan tapi pada malam hari lampu penerangan jalan agak berkurang. Sampai sini dulu ya, besok kita ketemu lagi… Salam sehat 3M…
Pada hari ke 20 Sabtu 17-04-21
Pagi ini bangun sdh jam 08.00 wita, sy berfikir mau cuci motor dulu, karena sudah 3 mgg motor tidak pernah dimandiin, kasihan sudah lumayan kotor. Selesai cuci motor lalu pergi ke kantor Syahbandar, tanya-2 soal pelayaran Maumere ke Labuan Bajo, katanya ada sekitar tgl 23. Sepertinya jika ditunggu pun kelamaan juga, akhirnya info yg ada diabaikan saja.
Lalu persiapan utk riding dari Maumere ke Larantuka yg jaraknya hanya sekitar 130 km-an dilakukan dan selepas makan siang sekitar pukul 13.30 wita perjalanan pun dimulai, tak lupa isi bensin dulu full tank. Sepeninggal Maumere jalan masih lurus-2, setelah pertengahan, jalan mulai berliku-liku lagi, tapi tidak terlalu curam. Udara yg sedikit panas membuat motor harus speed lebih kencang agar tidak terlalu panas.
Sekitar pukul 18.00 wita, sy sudah masuk kota Larantuka, disambut dengan patung Maria Reinha Rosari…dan merasa bersyukur kepada Yesus Kristus atas penyertaanNya dan juga doa-doa dari para sahabat yg baik hati terhadap sy, karena selama dalam perjalanan dari Jakarta ke Larantuka dapat berjalan lancar dan selamat penuh sukacita, hingga sekarang sudah menempuh jarak perjalanan sekitar 3,500 km-an. Dan berharap nanti kembali dari Larantuka ke Jakarta tetap dalam lindungam-Nya juga.
Setelah mutar-2 cari penginapan yg sesuai kantong, akhirnya ditemukan juga hotel Lestari, kembali upaya nego pun dilakukan dengan pemilik hotel maka harga pun disepakati 200k per malam dan sy bilang mau ambil saja 2 malam, sudah pakai AC lagi dan dapat sarapan pagi.
Setelah makan malam lalu sy pun cari info ttg bencana Seroja menurut orang setempat diartikan dengan Serangan Roh Jahat, dan yg paling parah adanya di pulau seberang pulau Lembata, pelayaran kesana sekitar 1 jam… dan direncanakan besok akan berkunjung kesana… Jadi istirahat dulu ya.. sampai jumpa besok hari lagi… Salam sehat 3M…
Pada hari ke 21 Minggu 18-04-21
Setelah tiba kemarin sore dari perjalanan Maumere ke Larantuka, yg mana sebagai tujuan akhir dari perjalanan Solo ride ini. Pagi ini sy mengikuti ibadah ke gereja Protestan yg ada tidak jauh dari penginapan. Sepulang gereja sy sempatkan berjalan mengitari kota Larantuka yg tidak terlalu besar, tapi cukup bersih dan bernuansa ke agamaan, dimana beberapa gereja berdiri dengan indah, ditambah lagi adanya Katedral berdiri dengan megahnya di pusat kota.
Terdapat juga kesibukan masyarakat disekitar pelabuhan akan pengangkutan bantuan atas bencana badai seroja ke daerah Adonara dan Lembata, juga masyarakat yg berhilir-mudik dari Larantuka ke Solor yg jarak pelayarannya hanya sekitar 30 menit, kapal-2 kayu kecil tsb disamping mengangkut penumpang, juga bisa mengangkut sepeda motor yg harganya sekitar 20k per unit, kalo penumpang 15k per orang. Kegiatan di pelabuhan ini katanya bisa berlangsung dari pagi hingga sampai malam hari jam 20.00 wita.
Sedangkan pelabuhan Ferry terpisah agak jauh sekitar 5 km ke arah selatan dari pelabuhan ini, ferry yg ada disini melayani pelayaran dari Larantuka ke Kupang, berangkat hari Senin dan lama pelayaran sekitar 18 jam.
Beberapa taman yg bernuansa keagamaan juga ditemukan disini seperti taman Via Dilorosa, dimana terdapat 11 penghentian Yesus saat memikul salib dan sampai ke penyaliban. Suhu udara siang hari cukup lumayan panas, sekitar 30-32 °, sedangkan pada malam harinya lumayan sejuk, mungkin karena adanya gunung disebelah Barat kota ini.
Setelah cukup mengexplore kota mungil ini kembali ke penginapan untuk istirahat dan persiapan melanjutkan perjalanan kembali ke Jakarta, besok pagi rencana perjalanan dari Larantuka ke Ende. Doa dari para keluarga, sahabat, dan perlindungan dari Tuhan Yesus yg selalu mengiringi perjalanan ku dari Larantuka kembali ke Jakarta dengan selamat dan sehat walafiat… Sampai jumpa pada hari berikutnya… Salam sehat 3M…
Pada hari ke 22 Senin 19-04-21
Setelah selesai explore Larantuka, dan istirahat dua malam, makan harus kembali lagi melanjutkan perjalanan kembali ke Jakarta. Pagi ini bersiap-siap untuk pembenahan barang-2 dan pakaian yg sudah di laundry disusun kembali pada tempat nya. Selesai paking-2 maka perjalanan pun dimulai sekitar jam 09.00 wita, dengan target dari Larantuka menuju Ende, yg jaraknya sekitar 280 km an.
Sekitar jam 13.00 wita tiba di Maumere dan perut sudah keroncongan maka makan dulu lah sembari istirahat sebentar. Siang ini berniat mau ganti olie mesin, karena jarak tempuh olie mesin terdahulu sudah mencapai sekitar 3.400 km, makan sy berkunjung ke bengkel Kawasaki yg ada di Maumere…eeh ternyata mekaniknya sedang istirahat dan akan kembali sekitar jam 15.00 an, sy pikir kalo ditunggu nanti bisa kemalaman tiba di Ende. Akhirnya sy batalkan saja niat ganti olie tsb dan sy lajutkan riding ke Ende.
Tikungan-2 yg ada selama perjalanan sudah agak mudah diantisipasi, karena sudah pernah dilalui, dan cuaca pun agak mendukung dengan cerahnya. Tadinya ada terlihat awan mendung disekitaran Kelimutu, tapi berhasil dilewati sebelum turun hujan nya.
Pada sore hati pukul 17.30 akhirnya sy tiba di Ende dan langsung cari penginapan, karena sudah mulai terasa lelah akibat riding seharian melewati jalan yg berlika-liku dengan sudut tikungan yg cukup sempit tentu agak mengalami kesulitan berbelok atau menikung bagi motor besar yg membutuhkan sudut menikung lebih lebar.
Setelah mutar-2 sebentar, baru dapat penginapan dengan harga, katanya sudah discount 221k, sudah AC dan ada air panas, dan yg utama antara kamar dengan parkiran motor tidak jauh. Waktu yg ada sy manfaatkan istirahat, agar besok pagi bisa segar dan lanjut riding menuju kota Ruteng yg jaraknya sekitar 260 km an, syukur-2 bisa lanjut ke Labuhan Bajo…
Sampai jumpa pada esok hari…. Salam sehat 3M…
Pada hari ke 23 Selasa 20-04-21
Setelah istirahat semalaman..pintu kamar ada yg ketok…eh… ternyata sy dapat sarapan sahur dari pihak penginapan, padahal sy tidak puasa… Sarapan sahur pun sy santap, dapat sop panas lagi..wenak lumayan….
Pada pagi harinya, persiapan perjalananpun sy lakukan, tapi sebelum riding sy harus ke bengkel Kawasaki yg ada di Ende dulu untuk mengganti oli mesin yg sudah masa pakainya mencapai 3,400 km an.
Tidak jauh dari tempat sy menginap, bengkel Kawasaki tsb pun sy temukan yg dikelola oleh CV. Cahaya Motor, dan si pegawai bertanya…biasa pakai olie apa pk. Sy jawab…sy bawa olie sendiri, dikasi oleh Megumi Motor Kawasaki dari Jakarta.. Ehh…ternyata jenis olie yg sy bawa tsb tersedia juga di bengkel Ini. Penggantian olie mesin pun dilakukan…dan ternyata olie mesin sy itu sudah cukup hitam karena masa pakai…
Setelah selesai penggantian olie mesin, suara mesin motor sy pun terdengar halus sekali dan terasa enteng gasnya. Sebelum meninggalkan kota Ende..tidak lupa untuk ber selfie ria sebentar di pusat kota Ende. Lalu perjalanan pun dilanjutkan menuju kota Ruteng yg jaraknya dari Ende sekitar 260 km an.
Saat jam 12.00 wita..perut mulai melilit terasa lapar, maka sy pun rest sejenak di warung pinggir jalan ditepi pegunungan ber view kan laut dan pulau Ende…dan pada dinding warung tsb terpampang foto seorang Komjen…setelah sy amati foto tsb adalah foto dari Purnawirawan Komjen Pol Gories Mere, lalu sy bertanya…apa hubungannya foto tsb dengan warung ini…
Eehhh….rupanya yg punya warung adalah abang sepupu dari purnawirawan Komjen pol Gories Mere…dan di bawah tepian laut itu adalah kampung halamannya pk Gories Mere. Kami pun bercerita panjang lebar dan ngalor ngidul…dan ber selfie ria. Selesai makan siang..perjalanan dilanjutkan kembali….
Menurut sy perjalanan ini adalah perjalanan yg paling ekstrim pada trans Flores yg dikenal dengan seribu tikungan yaitu mulai dari Bajawa, Aimere, Borong…lalu Ruteng. Beruntung dalam perjalanan ini, cuaca sangat mendukung tidak ada hujan tapi sedikit panas, jika sempat ada hujan sepertinya sy tidak akan berani melintasinya, lebih baik istirahat dulu menunggu hujan reda. Dan untuk melintasinya pada malam hari pun…sy akan berpikir dua kalilah….
Tikungan demi tikungan harus sy lintasi dengan sabar dan ekstra hati-2, karena tikungan yg satu dengan yg lain jaraknya paling sekitar 10 meter an, begitulah terus-menerus sepanjang jalan, jika kita tidak sabar dan ekstra hati-2 tentu bisa berakibat fatal terjadi crash atau kecelakaan…
Dengan penuh kesabaran menapaki jalanan yg berliku tsb…akhirnya tiba juga di kota Ruteng disambut kabut yg mulai menurun dan udara dingin…langsung menuju penginapan yg sudah pernah di sewa pada minggu sebelumnya dengan harga 190k. Udara yg dingin sampai 18° membuat perut lapar, tidak jauh dari penginapan terdapat kuliner yg lumayan enak…. Entah kenapa selepas makan kok jadi kenyang ya….dan rasa ngantuk pun menggoda…pules dulu lah… Sampai jumpa lagi lah pada esok hari… Salam sehat 3M…
Pada hari ke 24 Rabu 21-04-21
Dinginnya kota Ruteng membuat sy tidak berani mandi dari tadi malam sampai pagi ini, dan membuat persiapan utk riding juga agak malas-2an, tapi kan sy harus riding dan berupaya melawan kemalasan demi tujuan ke Labuan Bajo. Persiapanpun sy lakukan…sekalipun matahari mulai terik…dan perjalanan baru bisa dimulai sekitar jam 10.00 wita.
Mulai lagi menapaki tikungan-2 yg gak habis-2 nya, demikian juga tanjakan maupun turunan yg mempunyai karakter masing-2 berbeda… Dengan sabar sy menyusuri tikungan tersebut…hingga pada suatu waktu sy menemukan tempat rest yg memadai, apalagi perut sudah terasa lapar…maka paket kuliner Pop mie pun menjadi pilihan terbaik utk ganjal perut…
Ngobrol-2 dengan orang setempat tentang…kenapa trans flores itu penuh dengan tikungan, apakan tidak bisa dikurangin itu tikungan…sampai-sampai disebut dengam julukan 1.000 tikungan, apakah ada hubungan banyaknya tikungan ini dengan perilaku adat atau kebiasaan setempat… Lalu jawab ybs… tidak ada pk, bahkan sy sendiri juga pusing melihat banyaknya tikungan ini…
Menurut sy tikungan yg berlebihan jumlahnya dalam suatu trans sepanjang jarak 669 km ini akan mempengaruhi stamina pengemudi cepat lelah, kecepatan kendaraan akan lebih lambat, biaya akan semakin tinggi dan riskan akan terjadinya crash, terlebih pada musim penghujan…
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 17.00 wita, sy pun tiba di Labuhan Bajo, langsung cari makan dulu, karena tadi siang cuma makan pop mie aja… Kemudian cari penginapan…dan pilihannya jatuh pada penginapan Pelangi yg kebetulan ada disekitar pelabuhan Ferry agak sedikit mahal 300k per malam, tapi sd AC n air panas.
Sy sengaja ambil utk 2 malam karena besokannya masih explore ke pulau Komodo makan waktu satu harian… Istirahat dulu lah, biar besok bisa badan segar…sampai jumpa besok pagi… Salam sehat 3M…
Pada hari ke 25 Kamis 22-04-21
Sekitar pukul 04.00 wita sy sudah bangun dan melakukan persiapan, karena sesuai janji dari agent trip Komodo bahwa dia akan datang menjemput sy pada jam 05.30 wita. Tak lama kemudian si agent pun sudah datang dan kami berangkat bersama menuju pelabuhan
Setiba dipelabuhan maka kami peserta trip hanya terdiri dari 5 peserta telah berkumpul, lalu si pemandu membrefing sebentar dan kapal pun melepas sawo nya dan perlahan meninggalkan pelabuhan….
Explore ini dilakukan ke empat spot wisata dengan 3 pulau yg antara lain pulau Padar, pulau Komodo, pantai Pink (Pink Beach) dan pulau Kelor. Tiga jam pelayaran..pulau pertama yg di tuju adalah pulau Padar, setelah sandar kita turun dan melakukan perjalanan menaiki tebing (hiking) katanya ada sekitar 800 anak tangga sampai ke puncak.
Jalannya lumayan curam…kita harus extra hati-2 agar jangan sampai terpeleset, sy menaikinya membutuhkan waktu sekitar setengah jam… Setiba dipuncak kita bisa berselfie ria disana….puas berfoto-foto, lalu kami turun lagi dari bukit tsb dan naik kapal lagi menuju pulau Komodo.
Perjalanan dari pulau Padar ke pulau Komodo ditempuh sekitar satu jam… Tiba di pulau Komodo yg terlihat lumayan besar dan luas…terdapat dermaga yg cukup bagus yg bisa melayani kapal pesiar yg ber ukuran besar… Kamipun turun dari kapal…lalu sejenak di brefing dulu oleh petugas taman Nasional Komodo tentang pengenalan binatang Komodo tsb….
Komodo adalah binatang buas tapi pemalas, dia sering berkamuflase dan diam menunggu mangsanya, begitu mangsanya mendekat, dia lalu menyergap cukup dengan sekali gigitan. Lalu mangsanya akan kabur dan setelah beberapa hari mangsanya akan mati akibat luka gigitan dan racun dari air liurnya. Kemudian si Komodo akan mencari bangkai buruannya tsb dengan penciuman yg tajam…lalu melahapnya dengan langsung menelan habis…., Komodo cukup makan 1 ekor rusa untuk masa satu bulan..
Populasi Komodo saat ini berjumlah sekitar 1,500 ekor dan mereka hidup tidak berkelompok, sifat kannibal juga terhadap anaknya yg baru menetas. Ekosistem kehidupan nya saat ini juga bisa dikatakan cukup…. Kehidupan Komodo terdapat di dua pulau yaitu di pulau Komodo dan di pulau Rinca…
Selesai dari pulau Komodo, lanjut ke Pink Beach, pantainya berwarna pink, disana kita ber snorkling dan berfoto ria…airnya bening, tapi masih terdapat sampah-2 disana…khususnya sampah plastik. Lanjut ke pulau Kelor…di pulau Kelor ada spot ketinggian dan viewnya bagus. Tapi karena jalan menaiki bukitnya cukup curam dan hari sudah semakin sore, maka diputuskan hanya melintas aja di pulau Kelor tsb.
Selanjutnya kapal diarahkan menuju Labuhan Bajo, dari pulau Kelor le Labuhan Bajo ditempuh sekitar 1,5 jam dan kita tiba di Labuhan Bajo tepat pada azan magrib berkumandang…artinya waktu sudah sekitar pukul 18.00 wita.
Lumayan capek berwisata Bahari seharian…kembali ke penginapan langsung istirahat, untuk mengantisipasi biar besok pagi bisa segar dan cepat bangun guna persiapan pelayaran ferry dari Labuhan Bajo ke Sape – pulau Sumbawa. Istirahat dulu ya…sampai jumpa besok hai… Salam sehat 3M…
Pada hari ke 26 Jumad 23-04-21
Pada pagi harinya dapat sarapan nasi goreng dan telur ceplok…setelah sarapan jam 07.00 wita harus ke Kantor Pos guna membeli tiket Ferry penyeberangan Labuan Bajo ke Sape Sumbawa. Setiba di Kantor Pos, rupanya pelayanan baru buka pukul 07.30, dan tidak berapa lama menunggu, saya pun menyerahkan KTP dan bukti Vaksin sebagai syarat pembelian tiket, bagi yg lain harus melengkapi bukti ravid test negatif covid 19.
Harga tiket penyebarangan dengan sepeda kotor dibawah 250 CC sebesar Rp. 220,500,-
Tiket sudah dikantong, lalu bergegas ke penginapan guna melakukan persiapan, lanjut masuk ke pelabuhan sekitar pukul 09.00 wita, rupanya kapal sudah hampir penuh terisi kendaraan, dan beruntung sy masih bisa nyelonong masuk mengikuti beberapa rombongan Moge yg belakangan sy ketahui bahwa mereka adalah komumitas Moge dari Bali yg baru kembali dari penyerahan bantuan bencana di Adonara NTT, mereka terdiri berbagai merek Moge dan sebanyak 16 peserta
Jika sy terlambat sedikit lagi masuk kapal tentu tidak akan bisa masuk karena kehabisan slot, bisa jadi akan menunggu pelayaran pada hari Minggu pagi.
Pelayaran dari Bajo ke Sape berlangsung sekitar 7 jam, ferry lepas sandar jam 10.00 wita dan baru tiba di Sape pada pukul 17.00 wita. Setelah keluar dari Ferry, langsung lanjut riding menuju kota Bima yg tidak berapa jauh dan dapat ditemput dengan waktu 1,5 jam perjalanan.
Karena hari sudah hampir malam, maka diputuskan utk menginap di kota Bima, dan tidak sulit mencari penginapan karena sebelumnya sudah pernah menginap di sini home stay Tambora
Istirahat dulu ya..sampai jumpa besok lagi… Salam sehat 3M
Pada hari ke 27 Sabtu 24-04-21
Biasa … bangun pagi langsung mempersiapkan jadwal perjalanan selanjutnya, rencana hari ini perjalanan riding dari Bima sampai pelabuhan Poto Tano…
Setelah jadwal disusun..lalu pembenahan barang-2 bawaan juga disusun kembali sesuai peruntukan dan tempatnya, karena saat tiba tadi malam, pakaian-2 kotor di serahkan ke Loundry dan pagi ini sekitar jam 09.00 wita baru bisa diambil… Jadi jadwal berangkat akhirnya jadi molor ke jam 12.00 wita padahal perjalanan dari Bima ke pelabuhan Poto Tano jaraknya sekitar 350 km an.
Riding pun mulai start…karakter jalan disekitar trans Sumbawa sangat berbeda jauh karakternya dengan di trans Flores, kalo di Flores penuh dengan tikungan-2 tanjakan maupun turunan, sedangkan di Sumbawa jalannya sudah tidak banyak tikungan maupun tanjakan atau turunan, tapi kwalitas mulusnya jalan dan markanya sangat bagus. Sehingga kecepatan motor pun bisa maksimal sesuai dengan kemampuan berkendara, jadi bisa merasakan indahnya kita sedang turing…
Jam sudah menunjukkan srkirar jam 14.00 wita, perut mulai terasa lapar, cari punya cari warung makan…sulit juga menemukan rumah makan, oleh karena situasi pada bulan puasa. Akhirnya ketemu juga ada warung Padang, langsung putar balik dan pesan makanan ada ikan Nila gulai, lumayan enak sekali….tapi nasinya terlalu lembek…
Selesai makan lansung tancap gas riding terus…hingga pada jam 17.30 sy pun tiba di kota Sumbawa Besar..rest sebentar minum jus melon dan ada cicip ikan bakar… Jam 18.30 wita hari sudah mulai gelap.. tancap gas lagi ke pelabugan Poto Tano yg jaraknya sekitar 125 km an.
Jika pada siang harinya saat sy riding, sedikit mengalami kepanasan, sedangkan pada malam harinya terasa sejuk…apalagi lampu sorot motor sy cukup mumpuni utk menerangi kegelapan malam dan bulan pun sudah agak terang membuat stamina sy bisa bertahan dan kuat…
Sekitar jam 21.30 tadinya mau bermalam di Poto Tano, tapi karena tidak menemukan tempat penginapan, akhirnya langsung aja naik Ferry nyeberang ke Kayangan Lombok. Penyeberangan berlasung sekitar 2 jam, dan biaya penyeberangan sebesar 55k sepeda motor dibawah 250 CC berikut pengemudinya.
Tiba di Kayangan sudah pukul 23.30..wita lalu cari penginapan agak sulit juga… Setelah searching di google map akhirnya dapat juga dengan harga setelah tawar menawar 200k per malam, sudah AC lagi. Perutpun terasa lapar karena belum makan malam, yaaah akhirnya beli nasi goreng dah… Habis makan..istirahat sejenak…eeh jadi tertidur juga..tau-tau sudah pagi… Sampai jumpa…salam sehat 3M…
Pada hari ke 28 Minggu 25-04-21
Lumayan enak istirahatnya, karena penginapan jauh dari keramaian dan udara pun sejuk, masih terasa pengaruh udara dingin dari puncak Sembalun lereng gunung Rinjanu…hingga bangun pagi pun jadi kesiangan sampai sudah pada jam 10.00 wita. Sarapan roti yg telah sy siapkan dari tadi malam, tinggal menunggu teh manis…lalu petugas penginapan pun segera menyediakannya. Sarapan nikmad dengan teh manis disertai sepotong roti, sembari persiapan susun barang ke tempat pakingan semula.
Waktu sudah menunjukkan jam 12.00, riding perjalanan pun dilakukan dengan tujuan beberapa spot wisata yg ada di Lombok Selatan, seperti Desa Adat Sade (Sasak Ende)… Sircuit Motor GP Mandalika…pantai Mandalika. Sebenarnya wisata ke Sade Village dan pantai Mandalika ini adalah kunjungan ke dua setelah pada Nop 2018 sy juga pernah melakukan solo ride Jkt – Lombok.
Tapi saat sekarang sy berniat berkunjung ke sini karena adanya spot wisata yg baru yaitu tentang adanya pembangunan Sircuit Moto GP yg berstandar Internasional, dimana salah satu agenda Moto GP yg akan dilakukan di Indonesia yaitu di Mandalika Lombok dan ini untuk pertamakali Indonesai bisa berperan serta pada ajang balap motor Internasional tsb…
Ternyata setelah sy bertanya kesana-kemari, bahwa ajang Moto GP tsb menurut rencana yg akan berlangsung tahun 2021 ini jadi di undur ke sekitar bulan Maret 2022. Berarti pencinta Moto GP tsb harus lebih bersabar lagi utk bisa menikmati ajang tsb, ada juga manfaatnya di undur… mungkin pada masa ini nanti pandemi covid 19 sudah mulai reda dan bagi mereka yg jauh dari Lombok jadi ada kesempatan menabung uang utk biaya pergi nonton Moto GP ini nantinya. Tidak sulit utk mengexplore ke tiga spot wisata tsb diatas, oleh karena satu sama lainnya sangat berdekatan…
Setelah sekitar pukul 17.30 wita sy pun selesai mengexplornya, lalu sy melanjutkan utk singgah di kota Mataram, sekaligus mau makan malam disana. Sy harus mengulur waktu untuk kapal penyeberangan dari Lembar Lombok ke Padang Bai Bali dimana penyeberangan bisa makan waktu sekitar 5 jam. Kalo sy berangkat dari Lembar sekitar jam 01.00 wita maka diperkirakan sy tiba di Padang Bai sekitar pukul 06.00, selanjutnya bisa menunggu kapal penyeberangan ke Nusa Penida yg jadwalnya sekitar pukul 11.00. Biaya penyeberangan Lembar ke Padang Bai untuk motor max 250 CC sebesar 146k, jika diatas 250 CC tarif nya akan berubah lagi, dan pembayarannya juga harus pakai e’money…
Ferry pun secara perlahan meninggalkan Lembar…dan berlayar terus menuju Padang Bai, cuaca laut sangat tenang dan diterangi cahaya bulan yg sudah mulai mengarah ke Purnama.. Sekitar pukul 06.00 wita pemberitahuan dari petugas Ferry bahwa Ferry mulai merapat ke pelabuhan Padang Bai, agar para penumpang segera melakukan persiapan utk turun…beruntung sy dapat Ferry yg ada AC dan tempat tidurnya, sehingga selama pelayaran bisa istirahat dengan baik bisa pules juga.
Setiba di Padang Bai utk menunggu pelayaran ke Nusa Penida sy tidak perlu keluar dari pelabuhan, sarapan dulu dan sempatkan mandi di toilet pelabuhan… sehingga badan terasa segar. Sampai sini dulu ya, nanti lanjut lagi… Salam sehat 3M…
Pada hari ke 29 Senin 26-04-21
Pagi hari ini cuaca cukup cerah.. bisa dimanfaatkan utk berjemur guna meningkatkan Imun tubuh. Waktu telah menunjukkan pukul 08.00 wita, loket penjualan tiket Ferry Padang Bai ke Nusa Penida pun sudah dibuka, sy bergegas ke loket dan rupanya tiket ferry ke Nusa penida tidak seperti tiket Ferry lainnya, dimana tiket motor dengan pengemudinya sudah jadi satu, sedangkan disini tiket motor dengan pengemudinya berbeda dimana motor 56,2k, dan pengemudi 31,7k.
Ferry pun sudah merapat ke dermaga 2 pada jam 11.00 wita, setelah selesai bongkar dan para penumpang pun sudah dipersilahkan masuk. Setelah semua penumpang masuk secara perlahan Ferry pun meninggalkan pelabuhan dan melaju ke arah Nusa Penida, salah satu pulau di selatan Bali yg masih termasuk dalam wilayah Kabupaten Klungkung di daratan Bali, jaraknya dari pel. Padang Bai Bali sekitar 10 km an, pulau ini tidak terlalu luas, jika dari ujung Timur ke ujung Barat kita jalani pakai sepeda motor paling jauhnya sekitar 50 km an. Disana ada tersimpan beberapa spot wisata yg menarik dan eksotis…
Pelayaran berlangsung sekitar satu jam, pada jam 12.00 Ferry pun mulai sandar di dermaga Nusa Penida, sy pun bergegas turun dari Ferry dan langsung menuju beberapa spot wisata yg bisa dikunjungi ke arah Barat yaitu Broken Beach, Anggel Bilabong, Chrystal Bay…
Jalan-jalan disekitar Nusa Penida lumayan sempit, berliku menanjak dan menurun, kita harus ekxtra hati-2 juga untuk menjalaninya. Demikian juga menuju ke spot wisatanya, kita harus penuh perjuangan karena menuruni jalan maupun tangga yg cukup terjal dan berkarang tajam-2. Setelah cukup berswafoto ria…ternyata dari siang sampai sore hari ini hanya ke tiga spot wisata tsb yg bisa dikunjungi.
Dan badan pun cukup pegal karena menuruni dan menaiki tangga yg cukup terjal tadi. Saya pun langsung melaju menuju arah pelabuhan untuk cari Homestay dan direncanakan akan stay disini 2 malam, agar besoknya bisa mengunjungi beberapa spot wisata lainnya di arah Timur dan pada lusanya bisa kembali lagi ke pulau Bali pada pagi harinya sesuai jadwal Ferry jam 09.00 wita.
Tidak sulit utk cari Homstay disini, sy pun langsung dapat dekat dengan palabuhan penyeberangan, dan tak lupa utk selalu nego harga jadi dapat dah 150k permalam. Capeknya mengunjungi ke tiga spot wisata tadi jadi bikin lapar….setelah makan..biasa penyakit kenyang pun kambuh… lanjut ngantuk dah…. Sampai jumpa besok lagi lah ya… Salam sehat 3M…
Pada hari ke 30 Selasa 27-04-21
Kalo kemarin sy eksplore spot wisata yg ada di bagian Barat Nusa Penida, maka hari ini rencananya eksplore spot wisata pada dibagian Timur, ada beberapa spot disana antara lain spot Teletubis Hills, spot pantai Atuuh, spot Diamond Beach.
Karena kemarin lumayan capek eksplore yg ke arah Barat, badan dan kaki terasa pegal semua, terpaksa bangunnya jadi agak kesiangan. Baru sekitar jam 12.00 wita bisa melakukan perjalanan ke arah Timur. Perjalanan kesana tetap harus ekstra hati-2 karena jalannya sempit, dan terdapat beberapa tikungan yg sudutnya kecil, juga tanjakan dan turunan yg curam dan adanya tebing yg terjal tidak ada pengaman jalanan.
Perjalanan pertama menuju Teletubis Hills cenderung mendaki, karena adanya di daerah perbukitan, disana tergapat hamparan padang savana berbukit-bukit cukup luas yg mirip seperti pada taman teletubis yg ada di Filem-2… dari sana juga kita dapat melihat lautan Samudra luas…
Jika orang setempat berkata bahwa di Nusa Penida tidak punya sawah, maka mereka hanya punya hamparan padang savana ini…
Selesai berfoto ria disana seterusnya melanjutkan ke spot Diamond Beach… sesampai disana kita bisa melihat dari ketinggian beberapa pulau kecil-2 seperti yg ada di raja Empat, dan ini disebut mereka raja Lima, oleh karena mungkin pulaunya ada lima.
Untuk mencapai pantai Diamond tsb, kita harus menapaki anak tangga yg menempel disisi tebing dan curam kebawah, sy berfikir jikapun bisa sy turun sampai ke pantai, maka naiknya kembali akan sangat kesulitan. Untuk itu setelah sampai hingga pertengahan jalan, sy batalkan niat utk turun sampai kebawah. Disana sy hanya berfoto-2 sajalah…
Tidak jauh dari Diamond Beach, disebelah bukitnya terdapat pantai Atuuh…jalan kesana juga sangat curam, lagi-2 sy batalkan niat utk turun, cukup berfoto-foto saja dan menikmati pemandangan alam yg ada disekitar…
Hari sudah menjelang sore…sy pun besiap kembali ke penginapan menyusuri arah pantai utara sampai ke arah pelabuhan… Tiba di penginapan yg kebetulan ada kolam renang mininya… maka sy pun puaskan berendam disana, karena sudah gagal berenang di pantai… Lumayan capek…langsung istirahat…sampai jumpa hari esok yah… Salam sehat 3M…
Pada hari ke 31 Rabu 28-04-21
Sebelumnya perjalanan ini ditargetkan 30 hari, tapi ternyata harus mundur utk beberapa hari lagi, apalagi hingga hari ini sy masih berada di Nusa Penida. Bangun pagi harus cepat karena utk penyeberangan ferry cuma satu kali sehari yaitu pada pagi hari, kalaupun ada dua kali penyeberangan hal ini adalah trip yg tidak pasti karena tergantung dari kebutuhan yg ada.
Persiapan pun harus segera dilakukan dan beruntung si pemilik homestay mau bantuin beli tiket ferry ke pelabuhan yg sebenarnya tidak berapa jauh, sehingga persiapan sy bisa lebih fokus. Semua sudah beres, lalu sy pun berangkat ke pelabuhan dan ternyata sudah banyak kendaraan antri di kantong parkir pelabuhan.
Setelah kendaraan masuk semua ke dalam Ferry, maka sekitar jam 09.30 Ferry pun bergerak meninggalkan pelabuhan dan berlayar menuju Padang Bai. Pelayaran berjalan dengan baik, karena cuaca laut juga sangat bersahabat maka sekitar pukul 10.30 kami telah tiba di Padang Bai.
Selanjutnya sy riding lagi melewati jalan bypass menuju kota Denpasar, sesampai di Denpasar sy tidak lupa utk cari kuliner Babi Guling, tapi rasa yg satu ini masih kurang pas juga bagi sy, padahal katanya rest nya ini sudah terkenal sejak lama.
Selesai makan lanjut riding lagi menuju pelabuhan Gilimanuk, perjalanan ini makan waktu sekitar 3,5 jam, sy tiba di Gilimanuk lansung naik Ferry dan beruntung Ferry nya dapat yg ada ruangan AC, jadi bisa istirahat setelah riding panas-2…an
Penyeberangan dari Gilimanuk je Ketapang berlangsung sekitar 45 menit, tiba di Ketapang sudah menjelang sore, lalu diputuskan utk cari penginapan saja… Sejak turun dari Ferry…sy pun berjalan pelan-2 sembari cari penginapan yg cocok dikantong tapi nyaman. Akhirnya penginapan yg dicari ketemu juga di tengah kota Banyuwani dengan harga 150k.
Malam harinya tidak lupa cari kuliner khas kota ini, katanya Nasi Tempong dan penyegar dahaganya es imut-2. Lumayan enak dan harga pun bersahabat dengan kantong. Yang utama…setelah makan, lansung kenyang dan ngantuk pun menggoda… Sudah dulu ya…jumpa lagi besok.. Salam sehat 3M…
Pada hari ke 32 Kamis 29-04-21
Pagi yg cerah menyambut hari yg ceria… sy terbangun dari tidur setelah beristirahat semalaman dengan nyaman. Pagi ini karena tidak dapat sarapan pagi dari Homestay tapi masih dapat minuman teh manis kesukaan ku, maka sy sarapan dengan kue Lapis legit yg sy beli kemarin di toko In..do…mrt, kue ini sangat cocok utk ganjel dan nyaman di perut sy.
Selanjutnya berbenah guna melanjutkan perjalanan dan perjalanan ku pagi ini dimulai dengan menuju ke kawah Ijen, jalan kesana cukup bagus cenderung menanjak…. dan pada saat mulai di ketinggian 1.300 mdpl kondisi jalan mulai menanjak lebih tinggi dan tikungan juga bersudut tajam.
Di ketinggian ini dingin nya suhu udara juga mulai terasa, dan setiba di loket pertama, petugas loket menagih sy tanda masuk ke kawasan Ijen sebesar 10k, lalu sy jawab bahwa sy bukan mau ke Kawah Ijen, sy hanya mau melintas aja dengan tujuan ke Bondowoso.
Kemudian petugas loket tsb pun membolehkan sy lewat dan tidak menagih tiket masuk. Setiba di gerbang puncak ke kawah Ijen, terlihat beberapa Homestay, yg katanya kalo nginap disana dengan tarip 250k per malam. Dan juga tempat parkir kendaraan para pengunjung serta penjualan souvenir, juga toilet umum sudah tersedia dan tertata rapih disana.
Hari sudah menunjukkan jam 12.00 maka sy cari warung makan disini dan alangkah nikmatnya makan ditempat ini ditemani oleh suhu udara yg cukup dingin jadi nikmat makanannya…
Karena sy sudah siang sampai disana, maka tidak mungkin utk pergi ke kawah Ijen nya yg berjarak sekitar 3 km an dari parkiran tsb dan harus berjalan kaki, jalannya lumayan extrim buat sy.
Kalo kita mau ke kawah Ijen, cocoknya harus naik pada jam 03.00 subuh, kita akan bisa menikmati Blue Fire yg konon hanya terdapat di 2 lokasi di Dunia ini, dan salah satunya terdapat di kawah Ijen ini. Dan juga di puncak kawah Ijen kita bisa menikmati sunrise yg indah dan mempesona, juga danau yg di kawah berwarna ke biru-biruan. Jika hari ini sy tidak dapat ke kawah Ijen…mungkin lain waktu kalo ada kesempatan sy akan pergi lagi kesana…
Lanjut perjalanan ke arah Bondowoso dengan menurun, terdapat beberapa tikungan yg harus diwaspadai, dan kita juga akan melewati beberapa perkebunan karet maupun perkebunan kopi
Setiba di Bondowoso lanjut mengarah ke Probolinggo, tapi hari sudah menjelang malam, sy hanya bisa tempuh sampai kota Besuki menjelang Probolinggo saja.
Setelah cari-2 penginapan..akhirnya ketemu juga, harganya cukup pantastis yaitu 90k pakai AC lagi, parkirnya bagus, tapi AC nya kurang dingin, jadi akhirnya istirahat kurang nyaman. Namun pun demikian tetap harus dipaksakan istirahat guna pemulihan tenaga utk perjuangan riding lagi besok paginya. Istirahat dulu ya…besok pagi kita cerita lagi… Salam sehat 3M…
Pada hari ke 33 Jumat 30-04-21
Pagi ini sy mengawali riding sekitar jam 10,30 menuju Probolinggo, Pasuruan, Bangil, Sidoarjo dan ke lokasi lumpur Lapindo dimana peristiwa lumpur Lapindo yg mengakibatkan terkuburnya beberapa wilayah perkampungan masyatakat yg hingga sampai sekarang peristiwa keluarnya lumpur dari perut bumi tsb masih berproses, dan entah sampai kapan bisa berakhir…
Menurut info masyarakat setempat, sebagai akibat dari pengeluaran lumpur tsb telah terjadi peninggian permukaan tanah yg dari semula sampai ke sekarang 12 m an.. Juga penyelesaian tentang hak-2 tanah masyarakat yg hilang sebagai akibat tertanam oleh tumpukan korban lumpur Lapindo tsb juga masih belum ada penyelesaiannya…
Setelah berincang-bincang dengan masyarakat setempat, mereka berharap agar pemerintah segera menyelesaikan hak-hak masyarakat yg menjadi korban atas keganasan dari lumpur Lapindo ini…dan sebagian masyarakat setempat juga memanfaatkan lokasi lumpur lapindo ini menjadi suatu spot wisata singkat dari suatu peristiwa alam…..
Selesai dari lokasi lumpur lapindo, lalu sy pun melanjutkan perjalanan menuju Trowulan Mojokerto, dimana disana banyak terdapat situs-2 peninggalan kerajaan Majapahit. Langkah pertama sy mengunjungi Museum situs Majapahit dan sy tiba disana waktu sudah menunjukkan jam 15.00, rupanya museum tsb dibuka mulai jam 08.00 s/d 15.30 pada hari Jumad, sehingga sy hanya punya waktu 0,5 jam, maka waktu yg singkat ini pun sy manfaatkan semaksimal mungkin dengan pemandu yg ada.
Terasa pada saat pemandu bercerita, seolah kita dibawa kembali ke masa kehidupan sejarah Majapahit pada masa 1.000 tahun an yg lalu. Dan candi-2 peninggalan masa kerajaan Majapahit ini pun tersebar luas disekitaran wilayah Trowulan, dan sebaiknya jika kita mau melihat dan mengenalnya lebih jauh maka harus menyediakan waktu sejak pagi hari…
Waktu sudah menjelang sore, maka sy putuskan utk mengunjunginya lain waktu saja, lalu perjalanan pun sy lanjutkan ke Madiun dan beristirahat disana. Tiba di Madiun tidak sulit menemukan hotel dengan harga 160k sudah AC dan dapat sarapan lagi…
Tak jauh dari tempat menginap, pada malam harinya tidak lupa menikmati kuliner Madiun yaitu soto ayam dan sate ayam, lumayan enak rasanya, harga juga bersahabat dengan kantong…
Sekian dulu ya…mau istirahat…jumpa lagi besok… Salam sehat 3M…
Pada hari ke 34 Sabtu 01-05-21 REST DAY
Badan terasa sangat capek, maka pada hari ke 34 diputuskan utk istirahat dulu satu hari lagi disini, kelak hari ke 35 badan bisa lebih segar dan bisa riding kembali….
Pada hari ke-35 Minggu 01 dan 02- 05-21
Pada hari ke 35 rote perjalanan dimulai dari Madiun dan rencana akan jiarah ke Astana Giribangun, dan setelah mempelajari jalur yg mau dilalui berdasarkan google map, lebih pasnya lewat jalur gunung Lawu.
Begitu keluar dari kota Madiun jalur yg dilalui sangat mulus dan banyak lurus-2 lagi… Baru setelah menjelang perbukitan Lawu maka jalan mulai menanjak dan udara dingin pun serta kabut mulai menebal, seolah kita berjalan diatas awan…jalur ini juga melewati Telaga Sarangan, perbukitan gunung Lawu, Tawang Mangu, akhirnya masuk ke arah Giribangun, ternyata kalo kita masuk dari arah Tawang mangu, jalannya lumayan sempit…
Setiba di Giribangun, sy pun melakukan jiarah ke makam keluarga Bpk Suharto (mantan presiden ke 2 RI). Dalam acara jiarah harus memenuhi tata cara, mengisi data pribadi, dan mengikuti aturan tata cara jiarah yg sudah ditentukan.
Selesai jiarah dan ber foto-2, lalu sy melanjutkan perjalanan menuju kota Surakarta, ternyata kalo kita dari arah Surajarta ke Giribangun jalannya lumayan lebar can mulus lagi, selanjutnya menuju Boyolali, Salatiga, Semarang.
Karena hari sudah sore dan menjelang malam maka perjalanan ini berakhir di daerah Pekalongan dan istirahat dah… Sampai jumpa lagi besok hari lah… Salam sehat 3M…
Pada hari ke 36 Senin 03-05-21
Hari ini merupakan perjalanan terakhir sy, dan tidak banyak lagi yg bisa diceritakan selain hanya riding dari Pekalongan sampai ke rumah di Jakarta, dan sy tiba dirumah dalam keadaan sehat….
Dari target waktu yg telah ditentukan terdapat kelebihahan waktu 6 hari, sedangkan pada jumlah kilometer yg dicapai sejauh 5.861 km

Tak lupa ucapan terimakasih sy sampaikan kepada;
– Tuhan Yesus yg selalu melindungi sy
– Alam yg sekalu bersahabat dengan sy selama perjalanan
– Kepada keluarga ku yg selalu mendoakan
– Kepada para sahabat yg telah memberikan support
– Kepada para sahabat yg telah memberikan semangat
– Kepada para sahabat yg telah mendoakan sy
– Dan kepada kommunitas yg selalu memberikan semangat dari awal sampai akhir perjalanan ini

Mohon maaf ku sy sampaikan kepada para saudara dan sahabat yg tidak sempat dikunjungi pada setiap kota yg telah sy lewati, juga jika ada kata-2 yg kurang berkenan di hati selama ini. Salam hangat dari sy, semoga bisa berjumpa pada perjalanan solo ride berikutnya… Salam sehat 3M…
SELESAI