
Brad & Sist, biasanya saat kita mengikuti kegiatan touring akan lebih seru jika bersama-sama atau rombongan. Jumlah peserta pun bervariasi didalam satu rombongan, mulai dari 5 – 10 motor idealnya yang disarankan. Dimana selama perjalanan tidak iseng atau jenuh karena ada saja aktivitas yang dilakukan bersama-sama saat riding, juga saat melintasi daerah yang sepi tidak was-was dan tidak merasa kuatir.
Namun akan lain ceritanya ketika harus melewati rute jalan yang asing atau belum pernah dilalui dan sepi ditengah hutan jauh dari perkampungan penduduk. Seperti pengalaman dari Brad Muhammad Wendry Pradana Aprilis akrab disapa Brad Wendry dari Malang Streetfire Community (MSFC) yang juga Humas Paguyuban Honda Malang (PAHAM).
Brad Wendry pernah merasakan suasana yang tidak biasa bahkan mencekam saat mengikuti touring Ekspedisi Nusantara Honda Community. Dimana rombongannya ini terdiri 10 motor dan 10 orang, yakni 2 orang menggunakan Honda CB150R, 4 orang dengan Honda ADV150, 2 orang dengan CB650F, 1 orang dengan CRF Rally dan 1 orang lagi Honda PCX160.
Waktu itu pada hari Rabu, 23 November 2021 sore hari menjelang Maghrib usai dari Bromo mereka riding menuju Kota Banyuwangi lewat jalur Bondowoso, Kecamatan Ijen. Melewati medan jalan yang mendaki dan menurun serta berkelok-kelok ditengah hutan lebat kawasan hutan pegunungan Ijen dengan lebar jalan seukuran satu truk kecil.
“Kami riding beriringan dengan jalan berkabut dan pohon yang besar-besar menjulang tinggi yang menambah suasana semakin gelap, meski masih sore namun seperti sudah malam karena tidak ada lampu penerangan sepanjang jalan. Suasana terasa sangat hening dan gelap, padahal kami ada 10 motor tapi seperti lagi riding sendirian, terasa sunyi, sepi hanya ada suara serangga khas di hutan lebat yang terdengar,” kenang Brad Wendry.
Saat itu yang melintas hanya rombongan mereka saja, lanjutnya. “Hari makin gelap suasana pun semakin mencekam hingga bulu kuduk merinding dan hawa terasa sangat dingin sekali. Saya hanya bisa mengucapkan sholawat dan doa saja dalam hati agar perjalanan tetap selalu dalam keadaan aman dan no accident,” lanjutnya.
Setelah kurang dari beberapa km dari wilayah Banyuwangi, mereka pun melewati satu desa yang sudah tidak berpenghuni lagi atau desa mati. Konon katanya desa itu sudah ditinggalkan warganya beberapa tahun yang lalu, hanya tersisa bangunan dan warung-warung kosong tak berpenghuni bikin suasananya semakin mencekam.
“Telinga seperti ada yang menutupi hingga suasana sangat terasa lebih sunyi dan sepi. Alhamdulillah, tidak ada hal-hal yang tidak kami inginkan terjadi, saat tiba di satu desa pertama yang sudah berpenghuni kami berhenti dan saling bertukar cerita tentang pengalaman dan apa yang dirasakan. Ternyata tidak hanya saya saja yang merasakan seperti tadi itu, tapi semuanya. Bahkan yang di Safety Car pun juga merasakan hal yang sama,” ujar Brad Wendry.
Dia pun mengingatkan pentingnya untuk selalu berdoa sebelum melanjutkan perjalanan, jangan lupa selalu positif thinking. “Saya selalu mengingat pepatah lama, dimana bumi di pijak disitu langit di junjung, intinya kita harus selalu tetap sopan dan jangan sembrono melakukan hal-hal yang negatif di semua tempat, kita harus menjaga kebersihan, perilaku dan ucapan di semua tempat tanpa terkecuali,” pesannya.
Dari pengalamannya ini, Brad Wendry menyarankan ketika riding dimanapun harus selalu fokus, positif thinking, tetap sopan dan jaga sikap, perilaku serta ucapan dimanapun kita berada. “Usahakan kalau sudah memasuki waktu maghrib untuk berhenti sejenak. Jika waktunya masih panjang, mending berhenti dan lanjut esok hari saja, jika daerah yang akan dilalui cukup rawan untuk dilalui jika sudah malam,” tutup Brad Wendry.